CERITA RINGAN: LAGU SYUKUR MENGAWALI PAGI
Oleh : Wastuwijaya
Selesai misa pagi, aku sempatkan diri membaca doa favorite, PS 221 B, serasa memberikan kekuatan dan peneguhan sebelum memulai minggu yang amat sibuk di awal bulan, tapi tentu saja tetap istimewa, ya Bulan Mei, Bulan Bunda kita.
Keluar gereja, aku minta dulu “bensa” (berkat) kepada Pater opa (Pater Paulus Payong, SVD). Ya, biasa ku panggil itu kepada beliau, seorang imam S.V.D kelahiran 2 Juni 1953. Wajah senyum ramah beliau selalu mengiringi.
Saat itu, waktu pukul 06.30 Wita, masih pagi sekali, ku dengar sebuah lagu yang diputar melalui pengeras suara Sekolah Dasar Katolik di seberang gereja:
Morning has broken, like the first morning
Blackbird has spoken, like the first bird
Praise for the singing, praise for the morning
Praise for the springing fresh from the word
Kira-kira artinya sebagai berikut, maaf, (mungkin saja keliru):
Pagi telah datang, layaknya Fajar yang terbit pertama kali
Burung berkicau riang, layaknya kicau yang pertama
Pujian nyanyian, puji syukur karena fajar yang telah terbit
Pujian bagi semerbak yang bermula dari FirmaNya
Denting piano, petikan gitar sang maestro sebetulnya sederhana saja dari lagu ini, sempat aku ingin bertanya, kenapa lagu ini menjadi lagu yang pertama di putar di sekolah yang di pimpin oleh suster Fransiskan tersebut, namun niat ini aku urungkan, aku duduk saja sambil menikmati lagu di depan Patung Santo Antonius Padua.
Oh oh oh, memang semuanya mudah berkat Gawai. Yah, benda ini bisa jadi berhala baru, ahaha. Aku ketahui, bahwa lagu ini ternyata dulunya sebuah Hymne Kristen, nun jauh di Inggris sana dengan campuran nada skotlandia, diciptakan oleh seorang ibu bernama Eleanor Farjeon, dan dikenal luas karena dibawakan oleh Cat Stevens yang sekarang sudah bernama Yousuf Islam.
Kembali lagi ku nikmati beberapa bait terakhir dari lagu ini sebelum berangkat ke kantor, barangkali inilah penyebab suster memilih lagu tersebut, sedikit filosofis, mengajak kita bersyukur untuk hari yang baru, kita puji Allah yang mahaluhur dengan segala cipta dan kerahimannya.
Ku langkahkan kaki meninggalkan gereja, baru saja kembali terkenang konsekrasi pada saat misa, ada Tuhan Yesus disana, sekarang pun pada saat di luar gereja, kita kembali bersamanya dengan hari baru, burung berkicau, kuntum mekar yang baru yang seluruhnya berasal dari padaNya. *** Wastuwijaya
Disunting/Hironimus Adil/Komsos Denpasar