Bupati Sumbawa Apresiasi Gereja Katolik Menggagas Seminar Moderasi Beragama Orang Muda Lintas Agama
Bupati Sumbawa Drs. H. Mahmud Abdullah menyambut gembira dan mengatakan apresiasinya kepada Gereja Katolik Keuskupan Denpasar yang meliputi wilayah Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menggagas dan melaksanakan Seminar Moderasi Beragama Orang Muda Lintas Agama di Sumbawa.

Bupati berharap seminar dan rangkaian kegiatan lainnya menjadi momentum awal untuk menginspirasi dan mendorong langkah nyata dalam membangun moderasi beragama yang kuat di kalangan orang muda lintas agama di daerah ini.
Apresiasi dan harapan itu diungkapkan Bupati Sumbawa dalam sambutannya pada pembukaan Seminar yang berlangsung di Gedung serbaguna Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar, Senin 4 Juli 2023.

Selain Bupati, hadir juga sejumlah tokoh pemerintah lainnya, seperti dari unsur TNI dan Polri, Kabag TU Kementerian Agama Kabupaten Sumbawa, Pembimas Katolik Kementerian Agama Provinsi NTB Drs. Egenius Siba, dan unsur pemerintah lainnya. Hadir juga Ketua FKUB Kabupaten Sumbawa dan sejumlah tokoh lintas agama.
Sementara dari Gereja Katolik, dihadiri langsung oleh Uskup Denpasar Mgr. DR. Silvester San, selaku Pimpinan Tertinggi Gereja Lokal Keuskupan Denpasar (Bali-NTB), Deken NTB RD. Laurensius Maryono, Direktur Puspas RD. Herman Yoseph Babey, Ketua Komisi HAK Puspas RP. DR. Paskalis Nyoman Widastra, SVD, Ketua Komisi Pendidikan Puspas RP. Agustinus Sumaryono, SVD, Pastor Paroki Sumbawa Besar RD. Klemens Bere beserta dua pastor rekan RD. Ignasius Gede Adiamika, RD. Hyoga, serta Ketua Yayasan Insan Mandiri Cabang NTB RD. Patrisius Woda, beserta pengurus DPP Paroki Sumbawa dan tokoh umat lainnya.

Kegiatan Seminar Moderasi Beragama yang dirangkai dengan bakti sosial dan pentas seni orang muda lintas agama di Kabupaten Sumbawa itu merupakan kegiatan unggulan Komisi Hubungan Antar-agama dan Kepercayaan (HAK) Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar tahun 2023 dan dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar.
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 40 orang muda dari berbagai agama antara lain ada Islam, Hindu, Kristen Protestan dan Katolik. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lalu dilanjutkan dengan penyalaan lilin perdamaian yang dimulai dari Bupati, Uskup Denpasar dan dilanjutkan oleh tokoh-tokoh lainnya. Kemudian diteruskan dengan sambutan-sambutan.

Bupati Sumbawa yang menyampaikan sambutan setelah Pastor Paroki Sumbawa Besar dan Uskup Denpasar, pada bagian lain sambutannya mengungkapkan bahwa dalam era yang semakin maju dan terkoneksi ini, kita menjadi saksi betapa pentingnya moderasi beragama terutama di kalangan orang muda yang adalah harapan masa depan.
“Sebagai pemimpin daerah, tanggung jawab kita adalah memastikan generasi muda kita tumbuh dalam kerukunan, saling menghormati dan hidup dalam kedamaian meski memiliki perbedaan keyakinan agama,” tegasnya.
Bupati Mahmud Abdullah menambahkan, “Moderasi beragama bukanlah sekedar menghormati keberagaman, tetapi juga membangun pemahaman yang mendalam tentang Nilai-nilai agama yang kita anut.”
Oleh karena itu, lanjutnya, perlu melibatkan kesediaan untuk mendengarkan, memahami dan menghargai pandangan orang lain tanpa mengorbankan keyakinan sendiri.
Di samping itu, Bupati juga mengingatkan akan pentingnya moderasi beragama dalam masyarakat yang beranekaragam seperti di Sumbawa, sebab dengan moderasi beragama dapat membangun harmoni, persatuan dan perdamaian.
“Melalui moderasi beragama, kita bisa membangunan jembatan antaragama, mengatasi prasangka dan streotip yang tidak berdasar dan membuka ruang dialog yang konstruktif untuk memperkaya pemahaman kita tentang agama-agama lain,” katanya.
Pendidikan Agama Inklusif
Kepada para orang muda lintas agama sebagai sasaran utama seminar ini, Bupati Mahmud Abdullah mengatakan, “Saya percaya bahwa pemuda adalah agen perubahan yang kuat dalam menciptakan moderasi beragama. Kalian adalah generasi penerus bangsa yang kreatif, cerdas dan memiliki semangat yang tak tergoyahkan. Kalian memiliki potensi besar untuk membangun kesepahaman antar agama-agama, mempromosikan toleransi dan menghadirkan masa depan yang lebih baik untuk kita semua.”
Bupati mengajak kaum muda lintas agama itu untuk melibatkan diri secara aktif dalam berbagai kegiatan yang mendorong moderasi beragama serta membangun jaringan kerja sama lintas agama melalui dialog, pertukaran pemikiran dan kegatan sosial yang melibatkan semua pemuda dari berbagai latar belakang agama.
Bupati juga mengharapkan perlunya memperkuat Pendidikan Agama yang inklusif, yang mengajarkan nilai-nilai universal tentang cinta, kasih sayang, perdamaian dan keadilan.
Pendidikan agama yang baik, imbuhnya, akan membekali orang muda dengan pemahaman yang lebih mendalam tetang agama masing-masing, sehingga kaum muda dapat berkomunikasi dengan bijak dan membangun kesepahaman yang lebih baik di antara orang muda.
Di bagian akhir sambutannya, Bupati meyakini bahwa jika semua bersatu dan bekerjasama, maka dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, saling menghormati dan penuh toleransi.
“Mari kita menjaga kerukunan beragama sebagai kekayaan dan kebanggaan kita dan memastikan bahwa generasi muda kita tumbuh dalam iklim yang memberikan tempat bagi semua keyakinan,” pungkasnya.
Uskup: Moderasi Beragama Membentengi Perpecahan
Sementara itu, Pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Denpasar, Mgr. DR. Silvester San, dalam sambutan sebelum Bupati mengungkapkan bahwa tema Seminar ini yakni “Bangkit dan Bergerak Bersama Merawat Toleransi dan Kerukunan dalam Keberagaman” sangat menarik dan relevan bagi bangsa Indonesia yang beranekaragam perbedaan.
Dikatakan Bapak Uskup, perbedaan adalah kekayaan dan kekuatan bangsa Indonesia jika dikelola dengan baik. Namun, sebaliknya akan menjadi sumber perpecahan dan konflik jika tidak dikelola secara baik.
Bapak Uskup lantas mengingatkan bahwa saat ini bangsa Indonesia menghadapi tahun politik, maka perlu antisipasi dan mengelola perbedaan dengan baik, jangan sampai ada politisasi agama, atau politik identitas tertentu yang dapat mencederai persatuan san kesatuan sebagai bangsa.
Menurut Mgr. San, moderasi beragama merupakan salah satu cara untuk membentengi perpecahan dan konflik, dapat membentengi munculnya radikalisme, sikap dan praktek intoleransi dan sebagainya.
“Membangun moderasi beragama dan sikap toleransi penting demi menjalin persatuan dan kesatuan bangsa dengan menjunjung empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD’45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI,” kata Bapak Uskup, seraya mengajak orang muda lintas agama maupun seluruh undangan yang hadir untuk sama-sama berjuang mempertahankan empat pilar kehidupan berbangsa itu.
Bapak Uskup menambahkan tahun 2022 pemerintah mencanangkan sebagai Tahun Toleransi.
“Toleransi adalah modal utama hidup berdampingan di tengah masyarakat majemuk. Toleransi adalah nyawa kerukunan umat beragama,” imbuhnya.
Menurut Mgr. San, Gereja Katolik terpanggil untuk memotivasi orang muda yang merupakan masa kini dan masa depan bangsa, bahwasanya secara dini harus ditanam pemahaman akan moderasi beragama, sehingga orang muda bisa menjadi pelopor toleransi demi terciptanya persaudaraan dan perdamaian.
Untuk itu, Pimpinan Gereja Lokal Keuskupan Denpasar (Bali dan NTB) ini menyampaikan apresiasi kepada Komisi HAK Puspas dalam Kerjasama dengan Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar yang menyelenggarakan kegiatan ini.
Bapak Uskup juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Bapak Bupati Sumbawa yang berkenan hadir memberikan sambutan dan membuka kegiatan ini. Ucapan terima kasih yang sama juga kepada seluruh undangan dan kaum muda lintas agama yang hadir.
“Semoga kegiatan ini dapat memberikan pencerahan bagi orang muda lintas agama sehingga menjadi orang muda yang beriman, berilmu dan menjunjung tinggi toleransi. Saya mengajak kaum muda semua untuk bangkit bergerak merawat toleransi dan kerukunan dalam masyarakat majemuk sekaligus berharap agar tidak mudah terprofokasi oleh hasutan-hasutan tertentu termasuk melalui media sosial, seperti berita hoax, penipuan dan sebagainya. Orang muda harus mampu memanfaatkan secara positif media sosial, antara lain untuk menebar toleransi,” tutupnya.
Sementara itu, selaku tuan rumah, Pastor Paroki Sang Penebus Sumbawa Besar, RD. Klemens Bere, dalam sambutan di awal, selain menyampaikan ucapan selamat datang baik kepada para peserta maupun undangan, juga menyampaikan beberapa hal terkait kegiatan Seminar, Bakti Sosial dan Pentas Seni Orang Muda Lintas Agama ini.
Tujuan kegiatan ini, kata Romo Klemens, antara lain untuk merawat toleransi di tengah keberagaman demi terwujudnya kerukunan serta persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat, lebih khusus di kalangan orang muda yang menjadi pemilik masa depan bangsa.
Romo Klemens menambahkan bahwa kegiatan ini juga dimaksudkan untuk membuka wawasan kaum muda lintas agama di Sumbawa tentang moderasi beragama sehingga akan semakin mencintai keberagaman bangsa Indonesia.

“Kegiatan ini juga untuk memotivasi kaum muda agar mencintai seni budaya serta merawat lingkungan demi keutuhan ciptaan,” katanya, yang kemudian dilanjutkan dengan doa mohon kerukunan antara umat beragama.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Bupati Sumbawa Drs. H. Mahmud Abdullah, yang ditandai dengan pemukulan Gong. Dalam acara pemukulan Gong ini Bupati didampingi oleh Uskup Denpasar Mgr. DR. Silvester San, beserta sejumlah tokoh lainnya.
Usai acara pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi seminar dengan menghadirkan sejumlah narasumber. ***
