BUKAN KETAHANAN PANGAN TAPI KEDAULATAN PANGAN
BUKAN KETAHANAN PANGAN TAPI KEDAULATAN PANGAN
Siang tgl 15 Juli 2020 team kerja KOMSOS Keuskupan Denpasar mengunjungi Rm Wanta di Paroki SANMARI Gianyar, berikut petikan liputan berkaitan dengan Program Kedaulatan Pangan paroki SANMARI Gianyar.
“Selamat Siang Romo”, kata Bobby seorang kelompok pecinta pangan lokal ketika berjumpa Romo Wanta Pastor Paroki Sanmari Gianyar, di hari Rabu tgl 10 Juni 2020. Sapaan itu mengawali sebuah dialog inspiratif di Joglo Inspirasi “Pantjer Urip Rahayu” Gianyar. Kita mau bicara apa, tanya Romo kepada Bobby. Ketahanan pangan Romo, Okey jawab Romo. Tapi mari kita makan dulu di Joglo Inspirasi untuk mengisi perut kita sebelum berdiskusi. Selesai makan siang kami berdiskusi.
Bobby: Apa yang melatarbelakangi Romo dan umat Sanmari membuat Joglo Inspirasi Pantjer Urip Rahayu?
Sudah lama Gereja Sanmari membeli tanah (2015) dan hanya digunakan saat ada kegiatan seperti olah raga dan pertemuan umat. Sejak 17 Februari 2020 kami bersama PSE Paroki Sanmari Gianyar, Bapak Ir I Gusti Ngurah Wisnu Purwadi, Bpk Edi Nyoman Susanta, Bapak Pilipus Putu Andi Purnama, Bapak Ketut Wirahadikusuma berdiskusi sambil melihat Joglo Tumpangsari (berdiri 2017) yang sudah tidak dipakai karyawan yang bekerja membangun gedung baru Gereja Sanmari Gianyar (Desemeber 2019). Dalam pembicaraan itu kita ingin membersihkan lahan dan menanam pohon papaya. Seperti biasa saya kalau diajak rapat itu harus ada kesimpulan dan aksi nyata apa, kapan dilaksanakan? Jangan rapat berjam-jam tidak ada hasil atau ada hasil hanya ide-ide yang tidak bisa dibuat aksi nyata, tidak jelas kapan mau mulai. Maaf kebanyakan kita pengurus di Gereja begitu, ya mas? Dari hasil singkat mulailah saat itu juga cari pekerja bersihkan lahan, dibayar agar cepat bersih baru bisa mulai mencangkul dan menanam. Lalu joglo kita bersihkan dan menjadi rapi tempat kita berdiskusi dan kadang makan bersama. Tujuan dari Joglo Inspirasi Pantjer Urip Rahayu adalah sebagai tempat menimba inspirasi tentang kedaulatan pangan dan sebagai sekolah lapangan untuk mendidik siswa siswi atau orang muda yang mau belajar bertani berkebun dan usaha kecil lainnya. Usaha ini akan memberikan kontribusi kepada Paroki dan juga Sekolah Katolik serta Masyarakat luas.
Bobby: Apa itu ketahanan pangan dan kedaulatan pangan Mo?
Banyak diantara kita tidak memahami tentang apa itu ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Begini saya mau berbicara merujuk Undang Undang Dasar 1945 tentang pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Selain itu, UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.
Pengertian ketahanan pangan, (UU No. 18/2012 tentang Pangan), disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”. Itu konsep dengan diksi yang legalistis karena Undang Undang. Namun secara konkrit yang dilakukan oleh banyak umat dan warga masyarakat kita di saat Pandemi Covid -19 ini adalah melakukan kegiatan di rumah dengan memanfaatkan lahan dan memenuhi kebutuhan harian, seperti menanam sayuran, ternak lele, menanam papaya, pisang dan sebagainya.
Sedangkan Konsep Kedaulatan pangan menurut UU Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, melainkan juga mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity) meliputi: (1) kemandirian pangan (food resilience), (2) keamanan pangan (food safety).
“Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal”.
Bobby: Bagaimana kedaulatan pangan dalam konteks UKM Joglo Inspirasi “Pantjer Urip Rahayu” Gianyar?
Perrtanyan bagus dan cerdas. Kami memiliki tiga nilai dasar sebagai misi UKM “Panjter Urip Rahayu”:
(1) Edukasi, tempat ini sebagai tempat mengedukasi siswa, orang muda, warga siapapun lintas agama, untuk apa? Agar mereka mendapat pendidikan yang integral terkait dan terhubung pelajaran di bangku sekolah dengan realita hidup di lapangan/lahan tanaman. Edukasi bagi anak didik agar pengetahuan yang diperoleh di kelas terhubungan dengan kenyataan di lapangan. Sangat berbeda sekali, orang belajar saja di kelas, dengan orang belajar di kelas dan di lapangan. Nah kami menyediakan pembelajaran di lapangan. Maka kegiatan bertani/bercocok tanam/berternak bagi anak didik, orang muda yang ingin belajar di sini dapat mengikuti secara penuh selama weekend. Untuk itu memang berbayar karena di sini akan dikelola menuju profesional (semoga). Tidak mudah Bob. Di Joglo Inspirasi anda dididik di lahan dan anda belajar bersama Alam sebagai laboratorium kehidupan. Ingat, kegiatan ini juga menjadi perwujudan cita-cita Bapa Suci Fransiskus dalam Laudato Si, “Menjadikan rekan kerja Allah, Merawat Bumi, memenuhi Rencana-Nya yaitu: Perdamaian, Keindahan dan Keutuhan (LS 53,75,83). Jadi Bumi dan Alam semesta ini harus dirawat dan diperlihara karena memberikan kehidupan. Kita harus berbuat sesuatu bukan mengeksploitasi, merusak Bumi.
(2) Solidaritas, tempat ini menjadi aksi solidaritas dengan siapapun yang ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman. Solidaritas memberi pengalaman dan belajar bersama alam. Hasil keuntungan digunakan juga untuk karya PSE Paroki dan Sekolah dimana kami berada. Solidaritas dalam bentuk kerjasama dengan instansi pemerintah dan siapa saja yang bergerak bidang pangan dan peternakan. Oh ya di sini ada pelbagai tanaman: papaya calina, pisang branang, clafendis, sirsak, duren, jambu, kelapa, dan peternakan (budi daya lele, ikan), juga kambing, ayam. Umat dapat memanfaatkan tanaman dan ternak yang ada di Joglo Inspirasi PUR untuk kebutuhan pangan mereka.
(3) Ekonomi: bagaimanapun usaha harus mendatangkan keuntungan dan nilai ekonomi bagi umat dan warga. Kami tidak mau rugi Bob. Ini tidak mudah perlu usaha dan kerja keras serta keuletan-ketekunan. Pada akhirnya keuntungan ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan umat atau masyarakat pada umumnya. Usaha kita harus maju dengan lebih profesional berani melangkah jangan amatiran (manajemen kasih). Kelemahan karya pastoral Gereja kan amatiran tidak berani melakukan terobosan yang jauh lebih modern dan ikuti trend zaman. Itu perlu pengorbanan dan orang bekerja harus diberi upah. Maka sebaiknya segala usaha harus mendatangkan nilai ekonomi supaya usaha itu mandiri dan berkembang. Setuju Bob, dia mengangguk-angguk tanda setuju.
Bobby: Lalu apa pesannya untuk Gereja jika berbicara Kedaulatan pangan?
Baik, ini pertanyaan terakhir ya (sudah hampir sore) anggap semacam pesan apa yang harus kita lakukan sebagai Gereja jika situasi Pandemi Covid-19 ini berkepanjangan. Pertama, saya ingin mengusulkan agar kita tidak berhenti pada mencintai pangan lokal, ketahanan pangan yang praktiknya untuk memenuhi kebutuhan pokok harian manusia agar tidak kelaparan, tetapi Gereja harus melangkah lebih jauh seperti yang dikatakan dalam Undang Undang Pangan No. 18/2012, ketahap kemandirian dan keamanan pangan (karena tersedia berkelanjutan) itulah yang disebut Kedaulatan pangan. Ini tidak mudah tapi Gereja harus bekerjasama dengan Pemerintah. Saya yakin Gereja memiliki lahan luas dan kadang nganggur terbengkelai tidak diurus, buat apa? Ya seharusnya ditanam diolah agar bermanfaat bagi umat/warga masyarakat. Persoalan berikut kan, klasik Bob. Siapa yang mengerjakan? Hmmm umatlah ya orang mudalah dari pada main gadget. Ayoo kembali ke alam, bumi kita sayangi, ibu yang beri kehidupan. Saya ikut group Laudato Si Indonesia di tempat lain keuskupan-keuskupan di Indonesia sangat maju bahkan lintas agama, luar biasa. Kalau bicara pangan itu kan tidak beragama, kita bicara kemanusiaan jadi dengan siapa saja Gereja harus berkolaborasi bekerjasama, jangan fokus ke dalam saja. Kami telah didatangi kelompok Kagama care, kelompok lain juga sudah ada yang datang berkunjung. Kami juga kerjasama dengan koperasi Mulia Sejahtera Tabanan.
Kedua, Generasi muda harus dididik mencintai Bumi dengan Alam Semestanya sebagai ciptaan Allah. Di saat begini, ekonomi terjun bebas, semua orang kesulitan dalam ekonomi karena pandemi covid-19, maka kita harus kembali kea lam, ibu pertiwi Bumi d Nusantara yang “Gemah limpah loh jinawi”. Syukur kepada Allah kita diberi hidup dan tanah yang subur Indonesia raya. Ingat lagu Koes Plus, tongkatpun bisa jadi tanaman. Mengapa Generasi Muda? Saya kawatir yang mencintai bumi dan mau bercocok tanam ini kebanyakan orang yang sudah tua (50 tahun keatas) seperti saya. Mana orang mudanya? Bagi saya Bali itu kekuatan ekonomi di Pertanian, sayang lahan sudah menyempit karena bangunan untuk pariwisata. Nah hari ini, Jumat, 26 Juni 2020 Bali Post menampilkan judul besar: “Galakkan Lumbung Pangan Wujudkan Kedaulatan Pangan”. Tepat apa yang kita bicarakan Bob. Generasi muda jangan memilih profesi dan pekerjaan di kantoran dan pariwisata saja tetapi juga bisa menjadi petani professional, peternak muda yang sukses. Untuk itu Gereja harus ikut terlibat membuat kursus atau kaderisasi orang muda yang berisikan tentang pertanian dan pengembangan social ekonomi. Pelatihan yang tidak hanya untuk memperkaya pengetahuan tapi juga menempa diri dalam keuletan ketahanan diri (resiliensi) dalam mengembangkan diri menjadi pribadi yang tangguh tahan dan cerdas dalam menghadapi situasi sulit seperti ini. Ayolah kita duduk bersama di Joglo Inspirasi kalau mau?
Ketiga, Harus berani melakukan langkah konkrit Bob. Kita sudah panjang lebar bicara kedaulatan pangan. Malu kalau yang membaca artikel ini kita tidak berbuat apa-apa. Lebih baik mari kita bangun dari duduk berjalan dan berlari kencang untuk meraih cita-cita, mimpi kita, mari berbuat kebaikan untuk sesama meluhurkan ciptaan Allah, Bumi sebagai Ibu dan Rumah kita bersama. Okey cukup ya, sampai jumpa lagi.
Bobby tersenyum lebar dan kami berpisah jam tangan menunjukkan pukul 14.38 menuju sore. Gusti Yesus berkahi.
Joglo Inspirasi, 26 Juni 2020.
*Romo D. Gusti Bagus Kusumawanta*