LINTAS PERISTIWA
Trending

BERHARAP JADI GURU PIONER; GELOMBANG KEDUA PENGOLAHAN KARAKTER PEDAGOGI GURU

Majelis Pendidikan Katolik (MPK) dan Komisi Pendidikan (Komdik) Keuskupan Denpasar, melanjutkan kegiatan Pengolahan Karakter Pedagogi Guru, gelombang kedua.

Jika pada gelombang pertama, ada 105 peserta yang ikut kegiatan ini, terdiri dari para Kepala Sekolah dan guru-guru dari sekolah Katolik se-Pulau Bali, gelombang kedua sedikit lebih banyak yaitu 116 orang termasuk 26 orang dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Utusan Sekolah Katolik dari Provinsi NTB yang bernaung di bawah Yayasan Insan Mandiri terdiri dari para Kepala Sekolah dan sejumlah guru.

Sama seperti gelombang pertama, gelombang kedua ini juga berlangsung dua hari, Kamis-Jumat (1-2 September 2022, di tempat yang sama Rumah Khlawat Tegaljaya dengan Fasilitator (tunggal) yang sama Rm. TB. Gandhi Hartono, SJ.

Metode, proses maupun materi yang diberikan juga sama. Diawali dengan acara pembukaan yang dihadiri baik oleh para Pengurus MPK maupun pengurus Komdik Keuskupan Denpasar. Ketua MPK Keuskupan Denpasar Rm. Paskalis Nyoman Widastra, SVD, kembali membuka kegiatan ini sekaligus memberikan sambutan.

Demikian pula Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Denpasar Rm. Agustinus Sumaryono, SVD, kembali menyampaikan sapaan kasih, sekaligus sambutan mewakili Direktur Puspas yang berhalangan hadir karena ada kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan.

Selaku Fasiiltator tunggal Rm. Gandhi tetap energik sampai hari ketiga kegiatan

Baik Ketua MPK maupun Ketua Komdik, dalam sambutan dan sapaan kasihnya isinya sama seperti yang disampaikan pada pembukaan gelombang pertama.

Ketua MPK, Rm. Paskalis Nyoman Widastra, SVD, kembali mengingatkan kepada para guru ini bahwa guru mengemban tugas yang tidak mudah karena berhadapan dengan peserta didik yang memiliki beragam karakter dan latar belakang. Karena itu, proses belajar bagi seorang guru pun tidak akan berhenti, senantiasa ada penyegaran-penyegaran.

Untuk itulah, katanya, kesempatan ini menjadi momentum untuk mengisi diri dan memurnikan motivasi sebagai seorang pendidik

Bagi Romo Paskalis, seorang pendidik tidak boleh lelah untuk selalu meningkatkan kompetensi baik kompetensi pribadi maupun kompetensi pedagogi serta terus meningkatkan kualitas yang pada gilirannya demi menghasilkan kualitas peserta didik sesuai tuntutan zaman.

 

Ketua Komisi Pendidikan Rm. Agustinus Sumaryono, SVD, dalam acara pembukaan ini juga mengatakan bahwa melalui duduk bersama dalam pengolahan karakter ini akan membawa para guru memiliki karakter pedagogi yang tidak hanya mementingkan kecerdasan secara intektual tetapi juga mengolah rasa dengan hati dan harus sampai pada aksi atau tindakan nyata. Hal inilah, katanya, akan dilalui bersama Romo Gandhi dalam dua hari ini.

Sama seperti para peserta pada gelombang pertama, peserta kedua ini juga memilih metode healing (penyegaran) sebagai metode kegiatan ini.

Lewat metode ini Romo Gandhi, mengajak peserta untuk bermain, bernyanyi dan menari bersama, serta hal-hal menyenangkan lainnya sungguh membawa peserta begitu semangat dan antusias mengikuti kegiatan ini. Namun setiap gerak, permaianan atau hal menyenangkan apapun selalu diberi makna dan itu bisa menjadi inspirasi bagi guru dalam proses pembelajaran di sekolah.

Christoforus I Ketut Artawan, Sekretaris BPK Yayasan Insan Mandiri dan Bendahara MPK

JADI GURU PIONER

Pengolahan Karakter Pedagogi Guru dibawah bimbingan Rm. TB. Gandhi Hartono, SJ, bagi para pengurus Yayasan Pendidikan Katolik yang berkarya di Keuskupan Denpasar, setelah mengikuti proses selama dua hari untuk gelombang pertama ditambah sehari pada gelombang kedua, merasakan kegiatan ini sungguh bermanfaat dan sangat inspiratif untuk membantu para staf pengajar mereka meningkatkan kompetensinya sebagai seorang pendidik.

Ketua Yayasan Kolese Santo Yusuf (Kosayu) Cabang Bali, Floribertus Tri Putro Kuncoro, yang juga sebagai Sekretaris MPK, memiliki kesan tersendiri bagi kegiatan ini dan berharap supaya guru-guru yang sudah ikut dapat menjadi pioner bagi teman gurunya yang belum ambil bagian dalam kegiatan ini di sekolahnya masing-masing.

“Melalui acara ini saya perhatikan guru-guru yang awalnya tidak semangat, kemudian sangat antusias bahkan beberapa orang mengatakan waktunya kurang. Sehingga ada harapan nanti guru-guru ini (yang ikut kegiatan)akan menjadi pioner di sekolah karena ada tindak lanjut kegiatan secara virtual melalui zomm meeting,” ungkap Pak Kuncuro.

Floribertu Tri Putro Kuncoro, Ketua Yayasan Kosayu Bali dan Sekretaris MPK

Ketika ditanya apakah kegiatan ini akan rutin dilakukan pada masa yang akan datang, Sekretaris MPK iini mengatakan, “Rencana MPK dan Komisi Pendidikan akan mengadakan kembali kegiatan yang sama tetapi untuk guru-guru Katolik yang mengajar di sekolah-sekolah nok Katolik di wilayah Keuskupan Denpasar, sehingga mereka juga merasa diperhatikan oleh wadah MPK ini.”

SESUAI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

Sekretarias Badan Pelaksana Kegiatan (BPK) Yayasan Insan Mandiri Christiforus I Ketut Artawan, mengungkapkan apresiasi yang sama seperti Tri Putro Kuncoro. Menurut Artawan, apa yang diberikan oleh Romo Gandhi, sangat bagus dan sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar dengan P-5 yaitu program penguatan profil pelajar Pancasila.

Rm. Agustinus Sumaryono,SVD, Ketua Pelaksana Yayasan Soverdi Bali dan Ketua Komdik Keuskupan Denpasar

“Tiga daya jiwa atau 3H (Head, Heart dan Hand) yang ditekankan oleh Romo Gandhi sangat sejalan dengan kurikulum Merdeka Belajar, di mana dalam pendidikan itu harus mengintegrasikan antara olah pikir (intelektual), oleh hati dan tidak berhenti di situ, harus sampai pada aksi nyata yang dilambangkan dengan hand (tangan). Dengan kata lain, olah pikir penting, olah hati juga penting, tapi kita tidak berhenti di situ harus ada aksi, maka hand (tangan) penting,” katanya.

Menurut Artawan, sapaan akrab Bendahara MPK ini, Romo Gandhi dengan metode healing, banyak mengisi materi lewat bermain dan hal-hal menyenangkan lainnnya. Tetapi dibalik bermain dan hal-hal menyenangkan itu ada yang harus dipahami, ada makna yang harus dijelaskan, hal ini yang mesti diterapkan juga dalam proses pembelajaran bersama anak-anak.

Hal yang juga ditekankan oleh Romo Gandhi, lanjut Artawan, adalah pentingnya seorang guru mengenal secara baik karakter setiap anak didik. “Sehingga seharusnya ada pendekatan-pendekatan khusus pada anak-anak sesuai karakter,” imbuhnya.

Lebih lanjut Artawan, menguraikan bahwa Romo Gandhi ,juga melihat kearifan lokal dalam memahami karakter anak diangkat sebagai salah satu bagian metode pedagogik reflektif. Anak didik harus diapresiasi dan ini menjadikan anak-anak merasa ‘diorangkan’.

“Lalu, refeleksi juga penting. Apapun yang dilakukan atau dialami, semuanya harus ada pengendapan atau refleksi, lalu ada aksi nyata. Itu beberapa hal yang saya tangkap dari Romo Gandhi dan ini sangat bagus baik untuk pendidik maupun bagi anak didik,” pungkasnya.

HATI YANG MENYENANGKAN

Kesan yang tidak berbeda jauh juga diungkapkan Ketua Pelaksana Yayasan Soverdi yang juga Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Denpasar Rm. Agustinus Maryono, SVD.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para pendidik untuk merefresh atau mencas semangat mereka dan Romo Gandhi sangat menekankan pada hati yang menyenangkan sehingga ini menjadi dasar bagi para guru untuk lebih bersemangat menghadapi segala tantangan dalam pembelajaran dewasa ini,” katanya.

Namun, menurut Romo Jono, demikian akrab disapa, tidak mengesampingkan olah pikir (kecerdasan intelektual) maupun tindakan nyata sebagaiman terus ditekankan Romo Gandhi.

Menurut Romo Jono, kegiatan seperti ini, ke depannya penting bagi mereka yang belum mendapatkan kesempatan untuk membentuk karakter pedagogi dalam pengajaran di sekolah.

Saat ditanya mengenai kesempatan bagi para guru Katolik yang mengajar di sekolah non Katolik, menurut Romo Jono, ada wacana agar mereka juga perlu diperhatikan. ***

Penulis
Hironimus Adil
Tags
Show More

KOMISI KOMUNIKASI SOSIAL

Tim Redaksi *Pelindung Mgr. DR. Silvester San (Uskup Keuskupan Denpasar) *Pemimpin Umum/Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi RD. Herman Yoseph Babey (Ketua Komisi Komsos) *Redaktur: Hironimus Adil- Blasius Naya Manuk- Christin Herman- J Kustati Tukan-

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
error: Content is protected !!
Close
Close