Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Tingkat Nasional ke-3 Jakarta yang berlangsung 27 Oktober – 1 November 2023, telah usai. Bali menduduki urutan lima besar dari jumlah perolehan medali emas.
Pengumuman perolehan nilai masing-masing kontingen dan para pemenangnya dilaksanakan pada acara penutupan, Senin (31/10) di Ancol Beach City International Stadium, Jakarta Utara.
Acara penutupan berlangsung meriah. Didahului perayaan Ekaristi yang begitu agung dipimpin Ketua Presidium KWI Mgr. Antonius Subianto Bunyamin,OSC (Uskup Bandung) sebagai selebran utama, diampingi sejumlah uskup lainnya dan ratusan imam yang datang dari berbagai daerah seluruh Indonesia.
Usai perayaan Ekaristi, dilanjutkan selebrasi penutupan dengan menghadirkan sejumlah artis untuk menghibur ribuan peserta Pesparani dari 38 Provinsi di Indonesia serta undangan lainnya.
Hal yang ditunggu-tunggu oleh para peserta adalah pengumuman perolehan nilai masing-masing kontingen maupun pemenang dari setiap kategori lomba.
Sebagai informasi, dalam Pesparani ke-3 di Jakarta ada 13 mata lomba yang dipertandingkan, terdiri dari 6 kategori padua suara (PS) yakni: PS Anak, PS. Remaja Gregorian, PS. OMK Campuran, PS. Dewasa Wanita PS. Dewasa Pria Gregorian dan PS.Dewasa Campuran.
Ada 4 kategori menyanyikan Mazmur: Anak-anak, Remaja, OMK dan Dewasa. Lalu, 2 katgeori Cerdas Cerman Rohani (CCR) yaitu CCR Anak CCR Remaja, serta Tutur Kitab Suci Anak.
Dalam Pesparani kali ini, kontingen Bali mengikuti seluruh mata lomba, serta satu kategori yang masih sebatas Exhibisi yaitu PS. OMK Etnik.
Kegiatan lomba untuk semua kategori tersebut dipusatkan di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat selama dua hari (29-30 Oktober), sementara acara Pembukaan (28/10) dan Penutupan (31/10) dilangsungkan di Ancol Beach City International Stadiumum, Jakarta Utara.
Berdasarkan pengumuman Dewan Juri pada acara penutupan, walau belum mendapatkan juara (champion), tetapi dari 13 mata lomba yang diikuti, Bali mendapatkan 10 medali emas (ermasuk emas dari PS. OMK Etnik) dan dua Perak.
Pencapaian tersebut mengukuhkan Bali menjadi lima besar dalam perolehan medali emas terbanyak. Adapun lima besar perolehan medali emas dalam Pesparani ke-3 sebagai berikut: Sulawesi Utara 12 emas, Maluku 11 Emas, Jawa Tengah 11 emas, DKI Jakarta 11 Emas dan Bali 10 Emas.
Total perolehan emas itu sudah termasuk emas dari lomba cerdas cermat, di mana Juara 1 dan 2 setara dengan medali emas, plus emas dari exhibisi PS. OMK Etnik.
Menarik bahwa kendatipun Sulawesi Utara dengan peroleh emas terbanyak yakni 12 medali, mereka hanya puas menjadi Juara Umum kedua. Juara Umum pertama diraih kembali oleh Provinsi Maluku, dan Provinsi Jawa Tengah menjadi Juara Umum ketiga.
Hal itu dikarenakan untuk menentukan Juara Umum adalah kontingen yang meraih champion paling banyak. Provinsi Maluku sendiri berhasil menjadi champion (juara) untuk tiga kategori dan mengukuhkan provinsi ini menjadi juara umum untuk kedua kalinya, setelah sebelumnya dalam Pesparani ke-2 di Kupang mereka juga meraih Juara Umum.
Sedangkan Sulawesi Utara dan Jawa Tengah hanya berhasil menjadi juara, masing-masing dua kategori. Provinsi lainnya yang meraih dua kategori juara adalah DKI Jakarta dan Kalimantan Timur.
Kebersamaan dalam Keragaman
Pesparani tingkat nasional ke-3 di Jakarta mengusung tema: Kebersamaan dalam Keberagaman. Melalui tema ini menggambarkan Pesparani sebagai pesta persaudaraan, keharmonisan, persatuan dan kesatuan, kerjasama , solidaritas serta semangat pengorbanan dari umat Katolik.
Ketua Panitia Pesparani ke-3, Sebastian Salang dalam sambutan pada acara pembukaan menegaskan bahwa momentum Pesparani menjadi sangat berharga karena tidak hanya sebagai momentum iman dan budaya, tetapi juga sekaligus kebangsaan.
Dalam konteks kebangsaan, Pesparani memiliki spirit untuk mempersatukan perbedaan, sebab pada prinsipnya seni dan budaya memiliki sifat dan peran moral yang universal.
Pesparani menyuarakan kebhinekaan untuk memperkokoh persatuan dan perdamaian. Pesparani merupakan wadah konsolidasi umat Katolik untuk mewujudkan rasa cinta tanah air dan memperkuat toleransi serta moderasi beragama melalui seni dan budaya.
Pada pembukaan Pesparani dihadiri juga oleh Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo dan sejumlah uskup lainnya. Hadir pula Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas.
Kardinal Suharyo, menjadi selebran utama dalam Ekaristi pembukaan. Kardinal dalam kesempatan itu mengatakan Pesparani tingkat nasional yang ketiga di Jakarta ini bertepatan dengan momentum peringatan Sumpah Pemuda dan tahun politik, menjadikan Pesparani menjadi ruang untuk menyuarakan kecintaan pada Tanah Air.
Menurut Kardinal Suharyo, Pesparani selalu diselenggarakan di sekitar tanggal 28 Oktober yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Bagi umat Katolik, penyelenggaraan ini memiliki pesan dan makna yang istimewa untuk memuliakan Tuhan sekaligus kecintaan pada Tanah Air.
Di samping itu, Kardinal juga mengungkapkan bahwa Pesparani merupakan kegiatan kolaboratif antara Hirarki Gereja, Umat dan Pemerintah untuk mengembangkan iman dan budaya.
Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas, dalam sambutannya mengatakan keyakinannya bahwa umat Katolik akan terus menjaga keberagaman dan pluralitas yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai sebuah kebersamaan sekaligus kekuatan. “Tanpa ada ini, kita sebagai bangsa tidak akan ada nilainya,” katanya.
Duta Bhineka Tunggal Ika
Sementara itu, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, dalam sambutaannya pada penutupan Pesparani ke-3 mengajak umat Katolik Indonesia, terutama para peserta Pesparani untuk menjadi ‘Duta Bhineka Tunggal Ika.’
“Kebersamaan dalam keberagaman bukan sekedar tema pesta kita ini, tetapi juga apa yang telah kita perkaya selama lima hari di Jakarta. Tidak sampai di sini, Pesparani merupakan momen kebersamaan dalam keberagaman yang harus dihidupi secara kongkret di tempat masing-masing,” ungkap Mgr. Anton, seraya berharap agar Pesparani mampu mendorong umat Katolik untuk mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila, bukan sekedar menghafalnya.
“Jadilah duta Bhineka Tunggal Ika, sehingga kebersamaan dalam keberagaman sungguh menjadi sumber kedamaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pinta Mgr
Senada dengan Mgr. Anton, Ketua Umum Panitia Pesparani ke-3, Sebastian Salang, dalam sambutan sebelumnya, mengajak para peserta supaya menjadi agen pembawa damai dengan mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila di kampung halaman (daerah) masing-masing. ***