ADVOKASI UNTUK KEBERAGAMAN, SEJUK AJAK ANAK MUDA NTB
Oleh : Helena Trisunjata-KOMSOS Mataram
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki beragam suku, ras, agama, dan budaya. Dengan semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, Indonesia mampu menarik perhatian dunia dengan keberagaman dan persatuan rakyatnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, keberagaman di Indonesia malah menjadi penyebab konflik yang berujung pada perpecahan.
Sebagai antisipasi terhadap hal tersebut, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) mengajak anak-anak muda dari berbagai komunitas di Indonesia untuk merawat keberagaman melalui kegiatan workshop.
Didirikan pada 2008, SEJUK adalah lembaga swadaya masyarakat yang bertujuan untuk mengedukasi media massa tentang keberagaman agama, suku, ras, dan gender.
Tahun ini, SEJUK berkesempatan untuk mengadakan kegiatan tersebut di NTB dengan tema ‘Membangun Kerja Sama Orang Muda dengan Insan Pers di NTB’.
Workshop ini diikuti oleh 20 orang perwakilan dari berbagai komunitas di NTB yaitu Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Pustaka Alam, Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah), Remaja Gereja HKBP, Gereja Katolik St. Maria Immaculata Mataram, Sekolah Adat, GBI ROCK Mataram, Gereja Baptis Injil Indonesia Ampenan, SALUT NTB, Dewan Anak Mataram, dan Ahmadiyya Muslim Student Association (AMSA) Mataram.
Bertempat di salah satu hotel di Senggigi, workshop ini diadakan pada tanggal 3-4 Juli 2021.
Pada hari pertama, peserta diajak untuk memetakan diskriminasi terhadap komunitas oleh negara, masyarakat, media mainstream, dan media melalui diskusi kelompok.
Selain itu, peserta diberikan pandangan mengenai pers Indonesia dan isu minoritas melalui sesi diskusi oleh Budhi Kurniawan, Produser Kompas TV.
Peserta juga diajak untuk berdiskusi tentang perspektif Hak Asasi Manusia oleh Daniel Awigra, Deputi Director Human Rights Working Group, kemudian membuat drama pendek mengenai hal tersebut.
Hari kedua (4/7), dosa-dosa media yang meliputi pemilihan diksi yang salah dan minim informasi tentang komunitas dipaparkan oleh Ahmad Junaidi selaku Direktur SEJUK. Setelah itu, peserta diajak untuk berdialog dengan para jurnalis media lokal NTB, yaitu Mohammad Azhar dari Suara NTB, Siti Faridha A.P. dari Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) NTB, dan Sirtupillaili dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Mataram.
Melalui perjumpaan singkat dengan para jurnalis, peserta diajak untuk membantu media dalam membagikan hal-hal yang positif tentang keragaman dan toleransi serta berani mengklarifikasi jika media melakukan kesalahan dalam meliput berita komunitas para peserta.
Setelah berdialog dengan para jurnalis, dilanjutkan sesi tentang advokasi melalui media sosial dalam bentuk kampanye dan produksi konten oleh Maulidya selaku Program Officer SEJUK.
Sebagai tugas kelompok yang terakhir, peserta ditantang untuk membuat press release, kronologi, dan pernyataan sikap berdasarkan konflik yang terjadi di masyarakat.
Salah satu peserta workshop, Priska Lingking, mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat membangun solidaritas antara kelompok minoritas di NTB. Ia dan Helena sebagai perwakilan dari Gereja Katolik St. Maria Immaculata Mataram, antusias dalam mengikuti workshop ini.
“Besar harapan saya agar kita dapat bekerjasama untuk mengadvokasi keberagaman di NTB agar konflik antaragama maupun suku tidak terjadi lagi,” pungkasnya.
Disunting: Hiro/KomsosKD